Passive Voice: Pengertian, Contoh, Dan Penggunaannya Dalam Bahasa Indonesia
Guys, mari kita selami dunia tata bahasa Indonesia yang menarik! Salah satu konsep yang sering kita temui adalah passive voice. Tapi, apa sih sebenarnya passive voice adalah? Kenapa kita perlu mempelajarinya? Bagaimana cara menggunakannya dengan benar? Tenang, jangan khawatir! Artikel ini akan mengupas tuntas tentang passive voice, mulai dari pengertian dasar hingga contoh penggunaan yang mudah dipahami. Siap untuk belajar?
Memahami Pengertian Passive Voice: Lebih dari Sekadar 'Dipe'!
Passive voice dalam bahasa Indonesia, sering kali diterjemahkan sebagai kalimat pasif. Secara sederhana, pengertian passive voice adalah kalimat di mana subjek kalimat menerima tindakan, bukan melakukan tindakan. Ini berbeda dengan active voice (kalimat aktif) di mana subjek melakukan tindakan. Dalam active voice, fokusnya adalah pada siapa yang melakukan tindakan, sedangkan dalam passive voice, fokusnya adalah pada tindakan itu sendiri atau pada siapa yang terkena dampak dari tindakan tersebut.
Bayangkan kamu punya kalimat seperti, "Saya membaca buku." Ini adalah active voice. Subjeknya (saya) melakukan tindakan (membaca). Nah, kalau kita ubah ke passive voice, kalimatnya bisa menjadi, "Buku itu dibaca oleh saya." Perhatikan, subjeknya (buku) menerima tindakan (dibaca). Dalam kalimat pasif, seringkali kita menemukan imbuhan 'di-', 'ter-', atau 'ke-' pada kata kerja. Imbuhan-imbuhan ini menandakan bahwa subjek kalimat tersebut tidak melakukan tindakan, melainkan dikenai tindakan.
Kenapa kita perlu tahu tentang passive voice? Ada beberapa alasan, guys! Pertama, passive voice membuat tulisan kita lebih bervariasi dan menarik. Jika kita selalu menggunakan active voice, tulisan kita bisa terasa monoton. Kedua, passive voice berguna saat kita ingin menekankan tindakan itu sendiri atau orang yang terkena dampaknya, bukan siapa pelakunya. Misalnya, dalam laporan berita, seringkali kita lebih tertarik pada apa yang terjadi, bukan siapa yang melakukannya. Ketiga, dalam beberapa konteks formal, seperti penulisan ilmiah, passive voice digunakan untuk menjaga objektivitas dan menghindari kesan subyektif. Jadi, memahami passive voice adalah kunci untuk menjadi penulis dan pembicara bahasa Indonesia yang lebih baik dan lebih mahir. So, siap untuk melihat lebih banyak contoh?
Contoh Passive Voice: Mengubah Kalimat Aktif Menjadi Pasif
Guys, sekarang mari kita lihat beberapa contoh passive voice agar kita bisa lebih memahami konsepnya. Kita akan mulai dengan mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Perhatikan bagaimana struktur kalimat berubah dan bagaimana fokusnya bergeser.
-
Kalimat Aktif: Ayah mencuci mobil. Kalimat Pasif: Mobil dicuci oleh ayah. Perhatikan: Dalam kalimat aktif, ayah (subjek) melakukan tindakan (mencuci). Dalam kalimat pasif, mobil (subjek) dikenai tindakan (dicuci).
-
Kalimat Aktif: Mereka menonton film. Kalimat Pasif: Film ditonton oleh mereka. Perhatikan: Fokus pada film yang ditonton, bukan pada siapa yang menontonnya. Penggunaan kata kerja 'ditonton' menunjukkan bahwa film tersebut adalah objek dari tindakan menonton.
-
Kalimat Aktif: Guru menjelaskan pelajaran. Kalimat Pasif: Pelajaran dijelaskan oleh guru. Perhatikan: Subjek kalimat pasif adalah 'pelajaran', yang menerima tindakan 'dijelaskan'.
-
Kalimat Aktif: Polisi menangkap pencuri. Kalimat Pasif: Pencuri ditangkap oleh polisi. Perhatikan: Fokus pada pencuri yang ditangkap, bukan pada polisi yang menangkap. Kalimat pasif sering digunakan dalam berita untuk menekankan dampak dari suatu peristiwa.
-
Kalimat Aktif: Siswa mengerjakan tugas. Kalimat Pasif: Tugas dikerjakan oleh siswa. Perhatikan: Ini adalah contoh lain bagaimana passive voice dapat mengubah fokus kalimat. Dalam kalimat aktif, kita tahu siswa yang melakukan tindakan. Dalam kalimat pasif, kita lebih menekankan pada tugas yang harus dikerjakan.
Dari contoh passive voice di atas, kita bisa melihat bahwa perubahan utama terletak pada struktur kalimat dan penggunaan kata kerja. Kata kerja dalam kalimat pasif biasanya menggunakan imbuhan 'di-', 'ter-', atau 'ke-'. Selain itu, subjek dan objek dalam kalimat aktif bertukar posisi dalam kalimat pasif. Dengan memahami perubahan ini, kita bisa dengan mudah mengidentifikasi dan menggunakan passive voice dalam tulisan dan percakapan kita.
Penggunaan Passive Voice: Kapan dan Mengapa?
Guys, sekarang kita akan membahas kapan dan mengapa kita perlu menggunakan passive voice. Meskipun active voice lebih umum digunakan, ada beberapa situasi di mana passive voice sangat berguna dan bahkan lebih tepat.
-
Ketika Pelaku Tidak Diketahui atau Tidak Penting: Misalnya, "Uang itu dicuri." Dalam kasus ini, kita mungkin tidak tahu siapa yang mencuri uang itu, atau pelaku tidak penting bagi pesan yang ingin kita sampaikan. Fokusnya adalah pada uang yang dicuri, bukan pada pencurinya.
-
Untuk Menekankan Tindakan atau Dampaknya: Contohnya, "Laporan itu telah diajukan." Dalam hal ini, yang penting adalah laporan itu telah diajukan, bukan siapa yang mengajukannya. Ini sering terjadi dalam laporan resmi atau berita.
-
Untuk Menghindari Menulis Nama Pelaku yang Tidak Jelas atau Tidak Ingin Disebutkan: Misalnya, dalam situasi hukum atau politik, kita mungkin ingin menghindari penyebutan nama orang yang melakukan tindakan. Kita bisa mengatakan, "Keputusan itu telah dibuat," tanpa harus menyebutkan siapa yang membuatnya.
-
Dalam Penulisan Ilmiah: Passive voice digunakan untuk menjaga objektivitas dan fokus pada proses atau hasil penelitian. Misalnya, "Data dianalisis menggunakan metode statistik." Hal ini membuat tulisan terasa lebih formal dan ilmiah.
-
Untuk Menciptakan Variasi dalam Gaya Menulis: Terkadang, penggunaan passive voice dapat membuat tulisan kita lebih menarik dan tidak monoton. Mengubah beberapa kalimat aktif menjadi kalimat pasif dapat memberikan ritme yang berbeda pada tulisan kita.
Penggunaan passive voice yang tepat bergantung pada konteks dan tujuan komunikasi kita. Penting untuk mempertimbangkan siapa audiens kita, apa yang ingin kita sampaikan, dan bagaimana kita ingin menyampaikan pesan tersebut. Dengan memahami kapan dan mengapa menggunakan passive voice, kita dapat meningkatkan kemampuan menulis dan berbicara kita.
Struktur Kalimat Passive Voice dalam Bahasa Indonesia
Guys, mari kita bedah struktur passive voice dalam bahasa Indonesia. Memahami struktur ini akan mempermudah kita dalam membuat dan mengenali kalimat pasif.
Secara umum, struktur kalimat pasif dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
Subjek + Kata Kerja (dengan imbuhan 'di-', 'ter-', atau 'ke-') + (Pelengkap/Keterangan)
Mari kita pecah lebih detail:
- Subjek: Ini adalah benda atau orang yang menerima tindakan. Dalam kalimat pasif, subjek biasanya adalah objek dari kalimat aktif.
- Kata Kerja: Kata kerja dalam kalimat pasif biasanya menggunakan imbuhan 'di-', 'ter-', atau 'ke-'. Contohnya: dibaca, ditulis, terhapus, terlihat, ketahuan. Imbuhan ini menunjukkan bahwa subjek tidak melakukan tindakan, melainkan dikenai tindakan.
- (Pelengkap/Keterangan): Ini adalah informasi tambahan yang melengkapi kalimat, seperti objek, tempat, waktu, atau cara.
Contoh:
-
Rumah itu dibangun (oleh) tukang kayu.
- Subjek: Rumah itu
- Kata Kerja: dibangun (dengan imbuhan 'di-')
- (Pelengkap): (oleh) tukang kayu
-
Surat itu dikirim kemarin.
- Subjek: Surat itu
- Kata Kerja: dikirim (dengan imbuhan 'di-')
- Keterangan: kemarin
-
Makanan itu dimakan oleh mereka.
- Subjek: Makanan itu
- Kata Kerja: dimakan (dengan imbuhan 'di-')
- (Pelengkap): oleh mereka
Perhatikan bagaimana struktur kalimat berubah dari active voice ke passive voice. Objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif, dan kata kerja mengalami perubahan untuk menunjukkan bahwa subjek menerima tindakan. Memahami struktur ini akan membantu kita untuk lebih mudah mengenali dan membuat kalimat pasif dalam bahasa Indonesia.
Tips Menguasai Passive Voice
Guys, berikut adalah beberapa tips untuk membantu kamu menguasai passive voice:
- Latihan: Latihan adalah kunci! Cobalah untuk mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif secara teratur. Mulailah dengan kalimat sederhana, lalu tingkatkan kompleksitasnya.
- Identifikasi Kata Kerja: Perhatikan kata kerja dalam kalimat. Apakah ada imbuhan 'di-', 'ter-', atau 'ke-'? Ini adalah indikasi bahwa kalimat tersebut mungkin adalah kalimat pasif.
- Pahami Konteks: Perhatikan konteks kalimat. Apakah fokusnya pada tindakan atau pada pelaku? Ini akan membantu kamu memutuskan apakah passive voice adalah pilihan yang tepat.
- Baca dan Perhatikan: Bacalah berbagai jenis teks dalam bahasa Indonesia. Perhatikan bagaimana penulis menggunakan active voice dan passive voice. Ini akan membantu kamu memahami kapan dan bagaimana passive voice digunakan dalam praktik.
- Gunakan Kamus: Jika kamu ragu, gunakan kamus untuk memeriksa arti kata dan imbuhan. Ini akan membantu kamu memahami struktur kalimat dan penggunaan kata.
- Minta Umpan Balik: Mintalah umpan balik dari guru, teman, atau kolega tentang penggunaan passive voice kamu. Mereka dapat memberikan saran dan membantu kamu memperbaiki kesalahan.
- Jangan Takut Salah: Jangan takut untuk mencoba! Semakin banyak kamu berlatih, semakin baik kamu akan menjadi. Kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Ambil kesempatan untuk belajar dari kesalahanmu.
Dengan mengikuti tips ini, kamu akan semakin mahir dalam menggunakan passive voice dan meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia kamu. Keep practicing, guys!
Kesimpulan
Guys, kita telah menjelajahi dunia passive voice dalam bahasa Indonesia. Kita telah membahas pengertian passive voice, contoh passive voice, penggunaan passive voice, struktur kalimat, dan tips untuk menguasainya. Ingatlah, passive voice adalah alat penting dalam tata bahasa Indonesia yang dapat membantu kita menulis dan berbicara dengan lebih efektif dan variatif.
Dengan memahami konsep dasar dan berlatih secara teratur, kamu akan semakin percaya diri dalam menggunakan passive voice dalam berbagai situasi. Jadi, jangan ragu untuk terus belajar dan berlatih. Selamat mencoba, dan semoga sukses! Good luck, guys! Sampai jumpa di artikel berikutnya!